Kamis, 11 Juni 2009

LOVELY

Yang Terdalam

Rasa sakit yang terus mendera sampai ke ulu hatiku sulit sekali terhapuskan. Dia yang telah membuat segalanya berubah. Aku tak tahu lagi mana hidup dan mana derita. Seolah-olah keduanya adalah satu senyawa yang tak terpisahkan. Aku manusia yang punya hati. Aku masih punya perasaan dan pikiran yang normal. rasa yang aku berikan untuknya adalah rasa yang manis. Tapi mengapa terasa pahit??. Dia pikir aku mati rasa, sampai-sampai membiarkanku terus mederita di hotel prodeo ini... Aku masih bernyawa, aku masih punya rangsang. Tentu saja aku sadar kalau dia selalu menyakitiku tanpa perikemanusiaan. maaf aku harus pergi meninggalkanmu. Aku tak sanggup lagi menunggu sesuatu yang sia-sia. Dulu, aku selalu bertahan meski di depan mataku kamu besamanya. Aku yang selalu menangis saat itu dan kini rintihan hati itu sudah tak ada lagi. Tapi kali ini aku menyerah, aku mengaku memang hanya kamu yang terindah. Izinkan hati ini menikmatinya...biarkan hati ini memilikinya meski bukan namamu yang kumiliki. rasa yang datang dan pergi, itu karna kamu yang membuatnya. Aku korban hatimu yang padam. Sekarang aku tak tahu lagi kamu dimana. Mungkinkah kamu telah kembali bersamanya dengan naungan kedamaian?. baiklah...aku, aku tidak apa-apa. Memang begini kan seharusnya. Disini aku akan katakan bahwa hanya kamu yang selalu ada meski hanya seujung jari. tapi sungguh dirimu tak pernah terhapuskan. Silakan kamu bersamanya, aku akan tetap berada disini hingga kamu sendiri yang membunuhku.
kamu tak perlu pedulikan aku. Lihat saja yang ada di hadapanmu. Dia sangat mencintaimu, dia ingin selalu bersamamu. Kurang apalagi dia untukmu. kamu tahu? aku juga akan tetap berada di sini. jangan kerlingkan matamu, itu benar-benar akan membuat hatiku terluka. Terserah apa yang akan dia katakan. Pojokan aku, maki aku, atau tampar aku...silakan...aku tidak apa-apa. kadang aku berpikir sebenarnya apa sih istimewanya dirimu? apa kamu merasa dirimu orang yang paling paling dan paling?? heran...
Aku ingat saat-saat itu. kamu dan dia bahagia sekali. ketika itulah hati ini tersenyum sedu. iya...yang kamu tahu aku benar-benar tersenyum kan... tapi kamu harus tahu, waktu tak mudah menghapusnya begitu saja. Sekarang, aku hanya mengikuti aliran air. Aku begini sama sekali tidak bermaksud memujamu, hanya saja aku ingin menumpahkannya segalanya.





Tidak ada komentar: