Jumat, 13 Maret 2009

CERITA ROMAN


Diary Cintaku

There is way, if there is will. Mungkin selama ini kata-kata itu yang membuat aku terus optimis untuk melakukan sesuatu. Meski kadang-kadang hal itu membuat orang lain merasa gak seneng dengan apa yang telah aku lakukan. seperti perjalanan hidupku tentang seorang yang bisa membuat aku merasa dia adalah chemistry untuk diriku. Tapi, Aku bukanlah seseorang yang berhasil dalam meraih seseorang yang menjadi isi hatiku. Lebih-lebih aku bukan tipe yang gampang banget buat fall in love. Ini mungkin udah jadi takdirku yang selalu setia dengan anugrah cinta kepada si Alphabet. Kata orang cinta adalah energi terbesar yang ada pada diri manusia, dan aku gak akan menyangkalnya. Sudah cukup lama aku mengenal Gesta. Awal perkenalan kita memang gak ada yang indah, tapi datar dan biasa-biasa saja. Namun disela-sela itu semua, aku gak pernah menyadari kalu aku telah memberikan perhatian yang mungkin saja membuat dia merasa ada sesuatu. awalnya aku merasa hal itu gak melebihi batas layaknya seorang teman, tapi tiba-tiba aku merasakan ada sesuatu dari luar yang menuntutku untuk merenunginya. Satu hal, gak ada yang salah pada cinta. Cinta bukanlah momok yang perlu ditakuti apalagi sesuatu yang akan bermetamorfosis menjadi phobia. Astaga, Aku telah memakan banyak waktu dalam merenunginya. Dari sinilah, aku mulai mengerti bahwa sesuatu yang paling gak bisa berbohong adalah perasaan. Mungkinkah aku telah jatuh cinta??? lalu siapa yang telah membuatku jadi begini?? Tidak...Ya ampun...benarkah Gesta orangnya. Mulutku memang menolak, tapi hati ini terlanjur wellcome. Haruskah aku berlari dari perasaan ini? Gak mungkin, aku gak bisa meninggalkannya sekalipun aku harus berlari samapi ke ujung dunia., karena hatiku adalah jiwaku dan jiwaku adalah sukmaku yang melekat di dalam raga dan gak mungkin bisa kutinggalkan layaknya kartu SIM yang suatu saat bisa lepas pakai. Lagipula, umurku juga sudah cukup untuk memikirkan pendamping hidup. Dari 10 perempuan Indonesia aku 1 di antara 9 perempuan yang belum pernah pacaran. Mendengar ini, banyak yang kontra denganku bahwa bagiku gak pernah pacaran sampai umur 19 adalah suatu kebanggaan. Mungkin hal negatif yang harus aku terima adalah kata-kata bahwa aku tidak laku. Well, silakan orang beranggapan begitu, karena apa yang pernah terjadi dan yang selalu tahu apa, siapa, bagaimana aku sekalipun aku bersembunyi di lorong tanpa CCTV (Closed Circuit TV) tapi Alloh selalu tahu.
Aku bukanlah seseorang yang mudah yakin tentang perasaan orang terhadapku. Cinta adalah sesuatu yang perlu bukti dan pernyataan. Aku gak bisa yakin pada seseorang yang mencintaiku yang hanya mengatakan cinta tanpa bukti padaku, dan ada bukti tapi tanpa kata cinta. Karena aku gak ingin salah menilai pada apa yang telah dia berikan padaku. Aku sadar aku mencintai Gesta, setelah sekian lama hatiku tertahan pada seseorng yang gak pernah mencintaiku. Dia adalah Pras. Sudah 6,5 tahun lebih dia singgah di hatiku. Begitu banyak waktu yang tersita untuk memikirkannya, begitu banyak pengorbananku untuk mencintainya. Kucoba tutup mata lalu aku berpikir jauh ke dalam...Pras bukanlah orng yang tepat untuk kucintai. Itulah hasil analisa yang aku dapatkan setelah semua indra menyatu dengan otak. Suatu aktualisasi yang memang sesuai dengan kenyataaan. Selama itukah aku terjerat pada penderitaan dan sakit hati yang begitu dalam. ya Alloh...sungguh aku gak menyangka. Be positive, aku ambil sisi lainnya bahwa itu adalah bukti aku bisa menjalani semua itu dengan sukses. Aku berhasil membuang pikiran-pikiran buruk yang hanya menambah perkara dan penyesalan yang gak akan bisa pernah kembali sekalipun harus menangis darah. Aku hanya bisa pasrah tentang takdirku, meski aku juga harus tetap berikhtiar untuk merubah nasib. Akhir yang buruk bukan karena kita kurang berusaha, tapi itulah batas nasib yang telah digariskan. Emansipasi wanita adalah suatu kata yang masih rancu bagi perempuan dalam mlaksanakan kodratnya. Meski orang bilang, kesetaraan gender adalah suatu alat yang membuat kita seolah-olah mana batas-batas antara laki-laki dan perempuan. haruskah orang berkata kolot jika ada perempuan yang memang masih ragu untuk mengartikan dan menjalani makna kesetaraan gender? Seseorang memiliki pikiran yang berbeda-beda. karena itulah gak heran adanya pro dan kontra. Kembalikanlah pada persepsi masing-masing. memaksakan pemikiran orang lain bukan cara yang tepat untuk mengklarifikasi maksud orang yang ingin memberikan input untuk diri seseorang. Seperi halnya dilema ini. Mengungkapkan cinta pada Gesta bak memasukkan jari ke dalam plug hole, mengerikan. tapi cinta itu memang sesuatu yang harus diperjuangkan. Aku manusia biasa yang menginginkan cinta, kurasa hal itu manusiawi. Gesta...kamu telah membuatku bisa merasakan kembali bahwa cinta itu Indah. Trimaksih untuk semuanya. Aku harap segala perhatian yang kamu berikan padaku gak akan berubah, sampai membuatku yakin kamulah yang terindah. Gesta...andai kamu tahu, di sini aku berdiri bersama perasaan yang tulus. Ges, mengertilah, tatap mataku...apa kamu bisa membacanya??...di sini ada kamu, di hatiku...
terima kasih cinta...
Pras yang ada di sana...ku harap kamu bisa membuka mata meski cuma sedikit karena aku tetap akan berterima kasih padamu. Bagaimanapun juga kamu pernah menjadi penunjuk arah di hidupku. Ternyata jalanku dan jalanmu berbeda dan selalu berbeda. Sekarang aku telah membuka halaman baru pada diaryku yang baru juga. Gesta adalah kata awal yang akan kutulis.